Minggu, 26 Desember 2010

BIDADARI DUNIA

Bismillah Yaa Rahman Yaa Rahim...
Assalamu'alaikum Wr. Wb.

==================================
Bertanya si adik kecil pada sang bidadari berwajah
manusia...

"Wahai kakakku, mengapa kaum hawa itu begitu lemah,
asyik berteman tangis dan sendu saja."

Lalu berbicara si bidadari berwajah manusia;

"wahai adikku. Bukan wanita itu lemah dek karena tangis
dan sendunya. Tapi disitulah wahai adikku, kekuatan utuh
sangat ternilai andai pandai digunakan sebaiknya. Tangis
sendunya wanita itu wahai adikku, bisa meleburkan ego
seorang lelaki... menjadi 'izzah' yg paling kuat bahkan
lebih kuat dari egonya seorang lelaki. Karena sendu rayunya
wanita itu, Musa a.s terselamat dr kekejaman Firaun.
Duhai adikku, lembut wanita itu bukan lemah, tp
senjata."


Si adik tidak berpuas hati. Lalu bertanya lagi...

"Namun wahai kakakku, wanita itu fitnah dunia."
Tersenyum sang bidadari berwajah manusia.

"Pernahkah adikku dengar akan pesanan Ilahi pd hambanya?
Wahai para lelaki yg beriman, tundukkanlah pandanganmu.
Lalu Allah berfirman lagi antaranya bermaksud, wahai
para wanita yg beriman, tundukkanlah pandanganmu, dan
tutuplah auratmu. Lantas coba adik nilai, pd siapa
terlebih dahulu ALLAH dahulukan pesanannya? Pada hamba
yg bergelar ar-Rijal. Karena, andai sang lelaki menjaga
pandangannya, maka tidak mungkin terlihat akan wanita yg
menjadi fitnah pd dirinya. Dan tidak ALLAH lupakan
pesanan buat wanita, agar memelihara auratnya karena
disitu lah kehormatannya. sesungguhnya para
wanita-wanita syurga bergelar Hurun 'Ain itu, mereka
tidak memperlihatkan diri mereka kecuali pd para suami
mereka saja. Dan mereka dikatakan wanita2 yg suci.
Namun... wanita yg beriman itu, kata Rasulullah, lebih
tinggi martabatnya! Bukan fitnah semata-mata apabila
ar-Rijaal dan an-Nisa' sama2 mematuhi pesanan Ilahi.
Sesungguhnya wanita yg beriman yg solehah itu lebih baik
dari ribuan lelaki yg soleh."

Adik masih belum puas hati?

"Tapi kakakku, kenapa wanita itu menjadi peragaan?
Tidakkah mereka merasa malu??"

Sang bidadari berwajah manusia menguntum senyum penuh makna.
Aduhai adikku, semakin terasa mendalam kasih sayang pd penghuni
jannah ini!

"Wahai adikku sayang. Al-Haya' itu dalam diri setiap
insan. Wujudnya seiring dengan nafas insani. Dan
al-Haya' itulah pakaian iman. Pada diri wanita itu,
indah al-Haya' sebagai pembenteng diri. Namun, bila mana
al-haya nya lebur, imannya runtuh. Kenapa mereka
merelakan diri menjadi peragaan? Karena mereka
sebenarnya paranoid. Merasakan diri tidak cukup
menarik... merasakan belum cukup lagi dunia melihat diri
mereka. Mereka sebenarnya golongan yang kalah dari segi
psikologi. Namun adikku... wanita solehah itu pasti
melindungi diri mereka dr perbuatan murahan."

Adik garuk2 kepala.

"Jadi kakak, masih adakah wanita yg solehah didunia ini?
Bagaimana hendak adik kenali mereka???"

Sang bidadari tersenyum lagi. Hati terdetik moga ALLAH
merahmati mujahid kecil ini. Berjihad dalam dunianya
sendiri.

"Wahai adikku. Di zaman Rasulullah, diperintahkan
wanita2 yg beriman itu untuk menutupi aurat mereka,
dengan itu mereka mudah dikenali sebagai wanita yg
bermaruah. Maka demikianla adikku menilai mereka. Tapi
perlu juga dilihat pada hatinya... pada akhlaknya...

Di zaman ini, tidak susah membedakan wanita yg solehah
dan yang toleh. Namun adikku... jgn dikau cemooh wanita yg
toleh itu... kerana dalam hati2 mereka, tetap ada satu
permata indah... perasaan cinta pada ALLAH... Karena
fitrah cinta pd Rabb itu senantiasa ada dalam jiwa insan.
Adikku, mereka ini, tetap punya keinginan untuk kembali
pada jalan yg mereka tahu hak ALLAH. Cuma kadang2 menjadi
solehah itu terasa berat di bahu mereka... Kadang
mereka takut pd persepsi wara dan alim. Sedangkan itu
cumalah persepsi. Hakikatnya, wara' itu bermaksud
menjaga.

Maka barang siapa saja yang menjaga adalah wara'. Alim itu
maksudnya mengetahui. Barangsiapa yg berilmu maka dia
adalah alim dlm bidangnya. Persepsi yg salah pd dua
perkataan ini menjadikan mereka takut untuk berubah
kepada tingkatan yg lebih baik. Karena begitulah persepsi
masyarakat. Sedangkan mereka alpa... ALLAH tidak
menjadikan makhluk (ciptaan) ini tanpa tujuan dan garis
panduan. ALLAH tidak zalim kepada ciptaanNYA. bila mana
dia menciptakan hawa itu dari rusuk adam... Dia telah
mengetahui apakah sebaik2nya buat makhluk bergelar Hawa
ini... Ditinggikan martabat golongan HAWA ini... Tapi
sayang... golongan HAWA ini kadang2 merendahkan martabat
mereka yg ALLAH jadikan penuh kemuliaan...

Wahai adikku... 1001 keindahan penciptaan wanita.

Pandai2lah kamu menilai... antara permata dan debu2
kilauan pasir.

Wahai adikku... Wanita ibarat buah. buah apel yg
berkualitas tinggi...amat mudah diperolehi karena ia berguguran
ditanah... Tapi apel yg tak mampu dibeli, ia berada di
puncak. Susah dipetik, susah di gapai. Terkadang apel
itu risau, mengapa diriku belum dipetik. Lantas ia
merendahkan martabatnya dan menggugurkan diri menyembah
tanah. Sedangkan ia sebenarnya telah ALLAH jadikan
begitu tinggi martabatnya. Sebenarnya..apel itu terlalu
tinggi... baik sifatnya... sehingga tiada siapapun yg
berani memetiknya. Hanya pemuda yg benar2 hebat saja
bisa memperolehnya... Mungkin bukan di dunia... tp
mungkin di akhirat? Biarlah jodohnya bukan di dunia...
asalkan cinta ILAHI mengiringinya...tak semestinya
dipetik di taman dunia? Tp lebih bermakna bila
ALLAH sendiri yg mengarahkan hamba yg disayanginya utk
memetik di taman akhirat kelak."

Adik terpaku sendiri. Mungkin membayangkan sebuah pohon apel
yang besar dengan buah2 apelnya yg kemerahan??

Sang bidadari lalu bangkit. Mengakhiri bicaranya
dengan penghuni syurga ini. Wahai adikku... sungguh
tulus bersih jiwamu. Benar kata ALLAH swt, kamu
(anak2) adalah penghuni2 syurga!

Alangkah beruntung dirimu adik... Dan aku? Hanya bidadari
berwajah manusia... berhakkah menjadi bidadari syurga?

Wallahu'alam.
(dari laa tahzan ukhty)

Rabu, 22 Desember 2010

EMPATI

Sepasang suami dan istri petani pulang kerumah setelah berbelanja. Ketika mereka membuka barang belanjaan, seekor tikus memperhatikan dengan seksama sambil menggumam "hmmm...makanan apa lagi yang dibawa mereka dari pasar??"

Ternyata, salah satu yang dibeli oleh petani ini adalah Perangkap Tikus. Sang tikus kaget bukan kepalang. Ia segera berlari menuju kandang dan berteriak "Ada Perangkap Tikus di rumah....di rumah sekarang ada perangkap tikus...."

Ia mendatangi ayam dan berteriak "ada perangkat tikus". Sang Ayam berkata: "Tuan Tikus..., Aku turut bersedih, tapi itu tidak berpengaruh terhadap diriku". Sang Tikus lalu pergi menemui seekor Kambing sambil berteriak. Sang Kambing pun berkata "Aku turut ber simpati...tapi tidak ada yang bisa aku lakukan".

Tikus lalu menemui Sapi. Ia mendapat jawaban sama. "Maafkan aku. Tapi perangkap tikus tidak berbahaya buat aku sama sekali" Ia lalu lari ke hutan dan bertemu Ular. Sang ular berkata " Ahhh...Perangkap Tikus yang kecil tidak akan mencelakai aku". Akhirnya Sang Tikus kembali kerumah dengan pasrah mengetahui kalau ia akan menghadapi bahaya sendiri.

Suatu malam, pemilik rumah terbangun mendengar suara keras perangkap tikusnya berbunyi menandakan telah memakan korban. Ketika melihat perangkap tikusnya, ternyata seekor ular berbisa. Buntut ular yang terperangkap membuat ular semakin ganas dan menyerang istri pemilik rumah.

Walaupun sang Suami sempat membunuh ular berbisa tersebut, sang istri tidak sempat diselamatkan. Sang suami harus membawa istrinya kerumah sakit dan kemudian istrinya sudah boleh pulang namun beberapa hari kemudian istrinya tetap demam. Ia lalu minta dibuatkan sop ceker ayam oleh suaminya (kita semua tahu, sop ceker ayam sangat bermanfaat buat mengurangi demam).

Suaminya dengan segera menyembelih ayamnya untuk dimasak cekernya. Beberapa hari kemudian sakitnya tidak kunjung reda. Seorang teman menyarankan untuk makan hati kambing. Ia lalu menyembelih kambingnya untuk mengambil hatinya. Masih, istrinya tidak sembuh-sembuh dan akhirnya meninggal dunia. Banyak sekali orang datang pada saat pemakaman. Sehingga sang Petani harus menyembelih sapinya untuk memberi makan orang-orang yang melayat. Dari kejauhan...Sang Tikus menatap dengan penuh kesedihan. Beberapa hari kemudian ia melihat Perangkap Tikus tersebut sudah tidak digunakan lagi.

Dari filosofi ini kita belajar untuk bersikap berempati terhadap sekitar kita, sikap empati adalah sikap dimana kita ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Seolah-olah kita sendiri yang merasakan penderitaan itu. Bila kita tidak bisa membantu dengan uang, bisa dengan tenaga, ataupun pemikiran, bahkan dengan kita memberinya semangat akan membuat orang lain merasa termotivasi untuk bisa keluar dari masalahnya.
Dan ternyata apabila kita bersikap seperti teman-teman sang tikus, semua terkena imbasnya akibat tidak berempati dengan kesulitan yang dihadapi oleh sang tikus.

MAKA...KALAU SUATU HARI.. KETIKA ANDA MENDENGAR SESEORANG DALAM KESULITAN DAN MENGIRA ITU BUKAN URUSAN ANDA... PIKIRKANLAH SEKALI LAGI DAN BIARKAN ALAM BAWAH SADAR ANDA YANG MENJAWAB!!!

Silahkan ambil manfaat dari kisah ini.